Kita Tidak Memilih, Alamlah yang Memilih Kita untuk Ada.


Aku tidak pernah meminta untuk dilahirkan. Aku juga tidak bisa memilih siapa yang akan melahirkan aku. Tidak bisa memilih lingkungan atau negara dimana aku bisa dilahirkan, memilih siapa yang akan menjadi ibuku, apa warna kulitku, bahasa ibuku, agama ibuku, atau bisa memilih bagaimana orangtuaku akan mempersiapkan aku menjalankan kehidupan yang memilihku untuk ada.

Seiring perjalanan kehidupan, berbagai informasi yang mengenalkan tentang kehidupan mengalir deras, tak jelas mana yang benar atau keliru. Usia otakku tak cukup waktu untuk mengolah informasi tersebut sehingga sebagian hanya aku yakinkan sebagai keyakinan yang diturunkan dari keyakinan orangtuaku dan sebagian lainnya aku generalisasikan, aku kelompok-kelompokan berdasarkan berbagai persamaan dan perbedaan, lalu sebagian lainnya aku telaah secara lebih sehingga membentuk kepribadianku (-Semesta-).

Dewasa atau tidak dewasa, matang atau belum matang usia pikiran kita, alam yang juga membekali naluri dan organ reproduksi akan memaksa kita untuk membuat pilihan-pilihan dalam kehidupan yang tidak bisa kita pilih sebelumnya. Naluri untuk bertahan hidup maupun organ reproduksi yang mendorong kita untuk berpasangan dan melahirkan kehidupan baru juga diberikan alam pada kehidupan lainnya yang kita kenal dengan sebutan binatang dan tetumbuhan.

Tidak seperti binatang, tetumbuhan ataupun manusia lainnya, kita yang mau menggunakan pemikiran untuk mengembangkan kesadaran*  dan Berdaya Cipta, tentunya akan menentukan pilihan untuk diraih bukan dengan naluri atau dorongan organ reproduksi.

Kesadaran akan membawa kita untuk menelaah ketakutan akan sesuatu atau perilaku tunduk pada sesuatu sebagaimana diturunkan dari keyakinan orangtua kita, menelaah informasi-informasi keliru dan menyesatkan dari propaganda kepentingan tertentu untuk menguasai manusia maupun kehidupan lainnya yang hidup dengan naluri dan dorongan organ reproduksi, atau mengenali bagaimana sebenarnya perbedaan berfungsi sebagai relasi saling melengkapi, bukan sebagai sesuatu yang bertentangan.

Dengan pemikiran pula kita dapat Berdaya Cipta memperbaiki kekeliruan sikap terhadap alam yang cenderung menurun kualitasnya karena kehidupan yang digerakan oleh naluri dan organ reproduksi sangat jauh, jauh lebih banyak.

Siapakah kamu? 

Bagian kehidupan yang terpaksa membuat pilihan dengan naluri atau dorongan organ reproduksi?

Atau bagian kehidupan yang meraih pilihan menggunakan pemikiran untuk mengembangkan kesadaran dan Berdaya Cipta?


*kemampuan untuk mengenali diri kita sendiri dan korelasinya terhadap alam.

Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "Kita Tidak Memilih, Alamlah yang Memilih Kita untuk Ada."

Post a Comment