Kemana para Cendikia Indonesia hingga saat ini?



Selama lebih dari 1 tahun terakhir, kita (DCB) menjelajah pedesaan dan mengenali aktifitas perekonomian maupun sosial yang berlangsung. Secara umum, typical dari pedesaan adalah sama, remajanya enggan bercocok tanam dan memilih menjadi pekerja di wilayah perkotaan, wanitanya memilih untuk menjadi TKW atau bekerja di kota-kota besar yang memiliki fasilitas hiburan malam dan para prianya bekerja sebagai kuli bangunan pada proyek-proyek. Kelompok inilah yang menghidupkan urat nadi perekonomian dari kota ke desa.

Mereka yang tetap memilh mengembangkan usaha di pedesaan adalah para orang tua dari remaja yang ke kota, suami dari istri yang bekerja ke kota atau luar negeri, istri dari suami yang bekerja di proyek-proyek, dan sisanya, selain pegawai negeri, adalah orang-orang yang tidak memiliki koneksi, uang atau keberanian untuk menjelajah pekerjaan di tempat lain.

Beberapa orang desa yang memiliki aliran dana dari perkotaan tadi dan kelompok pegawai negeri yang tinggal di desalah yang kemudian menjadi motor penggerak usaha di desa karena mampu menyewa lahan yang luas untuk berladang, memiliki modal untuk berdagang atau aktifitas perekonomian lainnya.

Terlepas dari aktifitas perekonomian maupun sosial, tehnologi juga menjadi perhatian kita (DCB). Alat & perlengkapan pertanian yang disebut modern, semuanya membutuhkan energi bensin, solar atau listrik. Mulai dari mesin pembajak sawah/kebun, penggiling padi, pemecah kulit kopi hingga pencacah rumput untuk makanan ternak dan lain-lainnya, semuanya digerakkan dengan bantuan mesin yang menggunakan lilitan/kumparan kawat. 

Para insinyur, pabrik, bengkel atau ahli tehnik yang beredar di Indonesia nampaknya tidak memiliki kreatifitas menciptakan mesin manual yang memfungsikan energi mekanik (potensial/kinetik) dengan jalinan gear (roda bergerigi) atau pengetahuan tentang katrol untuk melipat gandakan daya/gaya sehingga mesin-mesin dapat bergerak tanpa sumber energi yang tidak dapat diperbaharui.

Setelah periode 2014 nanti, semoga Presiden Indonesia yang baru, selain memahami ilmu hukum untuk menindak para korup dan mengerti manajemen untuk mengatasi inefisiensi SDM, juga sedikit mengerti tentang ilmu Fisika, sehingga krisis energi, kerusakan lingkungan sampai pemborosan modal (inefisiensi secara ekonomi) dapat diatasi. 

Berdaya ciptalah.

Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "Kemana para Cendikia Indonesia hingga saat ini?"

Post a Comment