Workshop dan Pelatihan Kebudayaan:

Build a self management into independent / Membangun manajemen diri menjadi mandiri 


 /DCB/ adalah organisasi yang mempunyai misi mengembangkan kebudayaan menjadi lebih baik, kebudayaan yang dirumuskan sebagai apa yang dipikirkan dan dilakukan - pelaku kebudayaan (orang) yang berkeinginan melakukan perbaikan yang dimulai dari diri sendiri, masyarakat, organisasi, lembaga, hingga negara.

Riset dan diskusi yang dilakukan para penggagas /DCB/ yang dimulai sejak tahun 2001, mengidentifikasikan bahwa cara berpikir dan perilaku masyarakat dapat menggambarkan arah masa depan dari masyarakat itu sendiri. Tidak sekedar mengindentifikasi, pada tahap berikutnya, setelah /DCB/ terbentuk, Semesta Aubrey (Ketua), membentuk tim untuk merumuskan permasalahan serta menguji berbagai riset psikologi, strategi manajemen, tehnik komunikasi, dan semua hal lainnya yang menjadi unsur dari kebudayaan menjadi suatu kombinasi dari metode mengefektifkan dan memasifikasi pengembangan kebudayaan kearah yang lebih baik dan di sajikan sebagai Pelatihan Cipta Budaya.

Pelatihan Cipta Budaya terus diperbaharui dari waktu ke waktu dengan tujuan untuk menciptakan cara berpikir kreatif, kemampuan untuk mengidentifikasi permasalahan yang mendasar dan tidak nampak, kemampuan untuk memandang objek secara holistik dan segmentasi, kemampuan untuk menciptakan solusi, kemampuan komunikasi serta kemampuan untuk membangun dan memperluas relasi.

Apa kendala bagi orang, organisasi non pemerintah dan sejenisnya yang berharap dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik? 

Banyak orang berusaha memperbaiki keadaan dengan berbagai aktifitas dan kampanye untuk melakukan rehabilitasi ekosistem, pengelolaan sampah/limbah, pengembangan energi terbarukan bahkan hidup berkelajutan, namun seringkali langkah-langkah yang mereka lakukan tidak berjalan sesuai yang diharapkan dan menjadi masalah baru, sehingga berakhir dengan kekecewaan.

Lembaga pendidikan cenderung melakukan pemisahan (segregation) ilmu pengetahuan sehingga orang juga berkecenderungan untuk berpikir sesuai latar belakang pendidikannya. Orang selalu memandang objek dari sisi yang ingin dia pandang karena tidak memiliki kapabilitas untuk mengenali sisi lainnya. Permasalahan kebudayaan adalah permasalahan kompleks yang tidak dapat ditemukan solusinya hanya dengan memandang satu sisi saja.

Kondisi pendidikan ini dapat diumpamakan dengan kisah empat orang buta yang memegang gajah. Orang buta 1 yang memegang ekornya akan berasumsi bahwa gajah adalah sebesar ranting pohon, orang buta 2 yang memegang telinganya berasumsi bahwa gajah lebar dan tipis, orang buta 3 yang memegang belalainya berasumsi bahwa gajah seperti ular yang besar, dan orang buta 4 yang memegang perutnya berasumsi gajah seperti karung.

Lantas bagaimana orang dapat melakukan perbaikan atas keadaan yang tidak diinginkan? Apakah berarti mereka harus mempelajari semua disiplin pendidikan agar dapat mempunyai perpektif holistik? Akan cukupkah biaya dan waktu yang harus diinvestasikan untuk kebutuhan ini?

Bagaimana bisnis dapat memperoleh keuntungan dari Pelatihan Cipta Budaya? 

Tidak hanya individu, organisasi non pemerintah, dll., yang dapat mengaplikasikan Pelatihan Cipta Budaya yang dikembangkan /DCB/, aktifitas bisnispun dapat mengaplikasikan metode ini untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam bisnisnya agar lebih berkebudayaan sehingga dapat selaras dengan alam dan menjadi bisnis yang berkelanjutan. Metode ini dapat merangsang eksekutif untuk bertindak mandiri berdasarkan diskresi yang dirancang perusahaan dalam membuat keputusan strategis.

Bahkan ditingkat staf, Pelatihan Cipta Budaya dapat menjadi pembekalan untuk mengembangkan kemampuan menganalisis dalam upaya mengatasi permasalahan-permasalahan yang menjadi hambatan dalam pekerjaannya.

Pelatihan Cipta Budaya dikemas dengan komposisi unik yang terdiri dari tehnik dasar teater untuk mempermudah proses pemahaman team work, kemampuan berkomunikasi dan berelasi, pendekatan system view (saat ini lebih dikenal sebagai system thinking) untuk mengenali permasalahan dan mendapatkan solusi, serta unsur-unsur lainnya yang menjadi pengayaan kapabilitas dan pengetahuan dalam aplikasi sesuai tujuan fungsionalnya.

Pelatihan Cipta Budaya dasar, secara lengkap dapat diselenggarakan dalam workshop selama 8 jam x 3 hari, namun untuk kebutuhan praktis, dapat dipadatkan dalam pelatihan selama 8 jam x 1 hari. Untuk tingkat lanjutan, pelatihan ini dapat disesuaikan dengan aktifitas real yang terjadi sebagai media pelatihan yang dapat diaplikasikan (applicable training).

Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "Workshop dan Pelatihan Kebudayaan:"

Post a Comment