Menciptakan hubungan mutualisme antara Bisnis profitable dengan /DCB/ sebagai lembaga non-profit.

Memperoleh keuntungan adalah tujuan utama dari suatu bisnis. Berbagai strategi secara internal dapat diprogramkan untuk mencapai tujuan tersebut, mulai dari produk, pelayanan hingga marketing. Faktor eksternal seringkali menjadi bagian yang ditelaah marketing dalam menentukan strategi memperoleh respon pasar positif. 

Di sisi lain, /DCB/ sebagai lembaga non-profit milik masyarakat, seringkali ditakutkan pelaku bisnis sebagai faktor eksternal yang akan mengakibatkan strategi marketing menjadi kontra produktif atau sebaliknya, seperti kebanyakan kemunitas dan organisasi yang giat menyelenggarakan event, dapat dengan mudah ditunggangi kepentingan marketing bisnis karena ketergantungan pendanaan. 

Persepsi yang keliru ini terjadi karena informasi dan pengenalan publik dalam aktifitas yang dilakukan DCB masih kasat mata (invisible) dan belum nampak masiv. Kontra produktif dapat terjadi ketika marketing perusahaan hanya memfokuskan pada tujuan utama, yakni memperoleh keuntungan secara materi pada waktu tertentu dan tidak mempertimbangkan untuk memperoleh keuntungan tambahan, yakni keuntungan imateri yang dapat membawa efek berkelanjutan bagi kehidupan bisnis, diri pribadi, keluarga hingga kesejahteraan masyarakat pada umumnya. 

Dan berbeda dengan kebanyakan komunitas/organisasi, donasi individu terhadap DCB, dana pembinaan yang wajib dianggarkan oleh pemerintah pada organisasi terdaftar , serta proyeksi penggalangan pendanaan dari berbagai lembaga donasi luar negeri yang tanpa syarat, diperkirakan akan mampu membiayai operasional DCB membentuk perubahan kebudayaan dalam pengertian holistik, secara masif dibawah permukaan dengan pola spora, menjadi sangat efektif dalam 5 tahun mendatang. 

Keterlambatan pelaku bisnis untuk merespon dan mensupport aktifitas /DCB/, pada akhirnya akan menjadi boomerang bagi bisnis itu sendiri. Tim marketing bisnis yang mengabaikan keberadaan /DCB/, tidak mengetahui secara pasti arah perubahan yang digulirkan sehingga forecasting yang mereka rencanakan bertentangan dengan progress aktifitas /DCB/ dalam melebarkan kampanye perubahan perilaku masyarakat dan penyadaran akan pentingnya menghargai alam yang berlangsung dibawah permukaan. 

Aktifitas di bawah permukaan yang tengah berlangsung, sebenarnya merupakan strategi /DCB/ untuk menghemat pendanaan namun dapat efektif dalam melakukan perubahan sesuai visi-misi /DCB/. Penghematan dana ini pulalah yang menyebabkan /DCB/ memberlakukan skala prioritas pendanaan aktifitas dan salah satu aktifitas yang belum mendapat porsi pendanaan diantaranya adalah pengelolaan sistem informasi publik (humas) dan dokumentasi, meskipun aktifitas ini sebenarnya akan menjadi penting bagi para pihak yang membutuhkan forecasting. 

Support pelaku bisnis dalam aktifitas /DCB/ akan dapat menjadi anggaran untuk mengoprasionalkan pengelolaan sistem informasi publik (humas) dan dokumentasi, dimana jika kondisi in terpenuhi, maka pada penyusunan rencana strategis berikutnya, para pelaku bisnis dapat melakukan pendekatan forecasting sesuai perkembangan perubahan kebudayaan yang bergulir. 

Mungkin saja beberapa bisnis berskala internasional akan cukup percaya diri untuk mempergunakan kekuatan modalnya dalam membangun image produk. Namun hal itu tidak akan berlangsung lama karena kecerdasan konsumen yang telah terbentuk di suatu tempat , dalam melakukan penilaian produk dan pengenalan latar belakang distribusi hingga produsennya, tidak akan mampu diantisipasi dengan meningkatkan citra produk melalui iklan/promosi meskipun mengunakan metode pengulangan untuk mempengaruhi ingatan maupun hadiah (yang disadari, tidak dibutuhkan). 

Antisipasi hanya dapat dilakukan dengan mempertahankan citra positif dalam release informasi /DCB/, karena sekali release informasi dari suatu bisnis ditafsirkan publik secara luas sebagai bisnis negatif, maka /DCB/ sekalipun tidak akan dapat memperbaiki citra buruk dari suatu bisnis dalam waktu yang singkat meski perbaikan telah dilakukan segera. 

Upaya-upaya lain seperti mengintensitaskan iklan juga akan mempertinggi biaya yang berakibat mempertinggi kompetitif harga terhadap produk lainnya. Disisi lain, pemahaman yang terbentuk dari release informasi aktifitas bisnis yang tidak selaras alam dan tidak sesuai kebudayaan setempat, yang disebarkan dengan pola spora, seringkali dapat menembus batas wilayah aktifitas penyebaran pemahaman, lebih cepat ketika semakin masif. 

Bisnis yang tidak mengadaptasi pemahaman baru yang telah berkembang, tentunya akan beresiko tinggi mendapat penolakan konsumen. Saat ini, penolakan konsumen di suatu wilayah, dapat menjadi gelombang besar penolakan di wilayah lainnya dengan semakin mudahnya akses dan penyebaran informasi individu menggunakan berbagai media sosial online untuk meneruskan informasi yang direlease /DCB/ melalui penyebaran pemahaman dengan pola spora. 

Apa yang dapat anda (bisnis) lakukan untuk mensupport aktifitas /DCB/? silahkan melakukan kontak melalui tab menu About --> contact.

Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "Menciptakan hubungan mutualisme antara Bisnis profitable dengan /DCB/ sebagai lembaga non-profit."

Post a Comment