Sistem Pelatihan Teater Terpadu Home Schooling

Keterbatasan sumber daya manusia yang dapat menjadi partner untuk mendirikan atau menjadi pengajar di Teater Anak Negeri di masa yang akan datang akan diatasi oleh Daya Cipta Budaya dengan sistem terpadu home schooling yang akan mengambil lokasi di sekitar kota Bandung yang juga akan menyediakan asrama bagi anak-anak dari luar kota.

Model pelatihan teater yang lebih diarahkan untuk membentuk karakter dan leadership, namun juga mampu mengakomodasi kapabilitas berkesenian dan sisi entertainment yang akan merupakan bonus dari pencapaian kapabilitas manajemen diri secara personal dan group tidaklah dikenal di dunia pendidikan di Indonesia bahkan hingga tingkat perguruan tinggi. Hal inilah yang menjadi inti permasalahan mengapa kami mengalami keterbatasan sumber daya manusia.

Teater Anak Negeri berhadapan dengan paradigm bangsa yang pragmatis, yang belum mampu berpikir secara holistik, dimana kebudayaan yang yang didefinisikan /DCB/ sebagai segala apa yang dilakukan dan dipikirkan manusia, dan seni yang menjadi unsur sangat penting yang memberi wajah manusiawi, unsur keindahan, keselarasan, keseimbangan, perspektif, irama, harmoni, proporsi dan sublimasi pengalaman manusia pada kebudayaan, seringkali diterbalikkan kerangka pemikirannya.

Dari jejak pengalaman yang cukup panjang, terkait kegiatan Teater Anak Negeri, pragmatis para orang tua yang mengirimkan anak-anaknya berkegiatan di Teater Anak Negeri adalah lebih ke sisi acting course untuk pembekalan sisi entertainment. Kecenderungan ini telah sempat menjebak beberapa pengajar muda Teater Anak Negeri yang kami rekrut dari fakultas teater, bahasa, seni dan sastra perguruan tinggi melakukan penyimpangan visi-misi /DCB/ dengan memberikan materi pelatihan akting yang secara praktis menjadi bekal untuk memasuki dunia hiburan.

Tanpa Karakter dan kemampuan untuk memanajemen diri, beberapa talent Anak Negeri yang secara dini memasuki dunia hiburan pada akhirnya menjadi objek eksploitasi rumah-rumah produksi dan mengalami depresi (atau sebaliknya, mengalami euphoria popularitas yang berlebihan, melepaskan diri dari komunitas Teater Anak Negeri dan kemudian dengan cepat kehilangan popularitasnya. Ketika kembali ke dunia normal, mereka tidak mampu lagi mempertahankan ritme kehidupan manusiawinya sebagai anak-anak.).

Model anak-anak yang dapat menjadi rujukan utama hasil dari program pelatihan di Teater Anak Negeri, saat ini hanya baru dapat ditunjukan oleh Boni Avibus, yang terlibat dalam komunitas Teater Anak Negeri sejak berumur 5 tahun di tahun 2008 hingga kini, 2012. Pilihan untuk tidak melakukan aji mumpung pada saat popularitasnya meninggi di Tahun 2009-2010 baik di Jakarta maupun Bandung, selain karena didasari sistem pelatihan teater yang belum terpadu dengan sistem home schooling, sehingga kegiatan sekolahnya kerap berbenturan dengan jadwal syuting dan pementasan panggung, ia juga mesti memperdalam pengenalan kemampuan berorganisasinya dengan konflik-konflik psikologis di dunia nyata (tidak berdasarkan script sebagaimana yang kerap dilakukannya dalam pementasan teater.).

Kini ia aktif sebagai anak yang mampu menjadi motivasi teman-teman seusianya (serta para orang tuanya) yang baru bergabung dengan Teater Anak Negeri, untuk tidak terjebak dalam pragmatis praktis berkesenian, menjadi koordinator dari ketua group komunitas-komunitas kecil Teater Anak Negeri dan membangun jejaring dengan komunitas-komunitas yang dikelola orang-orang dewasa serta organisasi-organisasi lokal dan nasional sehingga mampu memperluas jejaring dan pengenalan publik terhadap /DCB/ secara signifikan.

Mengikuti Boni Avibus, pada periode 2012 saat ini, anak-anak di Teater Anak Negeri juga telah memiliki kapabilitas mengelola komunitas kecilnya dimana pada beberapa uji coba, tanpa pendampingan dari staf /DCB/ atau pelatih Teater Anak Negeri, mereka dapat melakukan perform dengan sangat baik dengan hanya diantar para orang tuanya. Anak-anak melakukan peran organisasi dimana bendahara mengumpulkan iuran untuk biaya-biaya logistik diantara mereka, sekretaris mencatat hal-hal yang perlu dilakukan yang disampaikan oleh pengajar dan menjadi pengingat, ketua mengorganisir para anggotanya untuk dapat berlatih dan tampil secara maksimal dan para anggota megikuti semua petunjuk yang disampaikan pengajar melalui ketua.

Dalam Rencana Strategis /DCB/, Sistem pelatihan Teater Anak Negeri yang terpadu dengan home schooling telah mendapatkan porsi utama untuk dapat segera direalisasikan sehingga kebutuhan pendidikan yang sesuai dengan sekolah, tetap dapat diikuti meskipun anak-anak mempunyai aktifitas dan kreatifitas yang padat untuk membentuk prestasinya sendiri.

Jika anda peduli dengan perubahan yang tengah diinisiasi dan berkeinganan mensupport /DCB/, selain bergabung sebagai Sahabat Daya Cipta Budaya anda dapat mengirimkan berbagai buku-buku pengetahuan, bantuan properti atau alat musik, dan lain-lain ke alamat sekretariat /DCB/, atau menjadi donatur. Salam Budaya

Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "Sistem Pelatihan Teater Terpadu Home Schooling"

Post a Comment