Masih Kaya kah Negaraku? Milik Siapa Kekayaannya?

Sebuah kegiatan mendadak saat menjelang hingga akhir lebaran 2011 --yang tanpa persiapan-- sehingga tidak terdokumentasikan dalam bentuk gambar atau video dilakukan tim /DCB/. Rencana awalnya adalah mengamati perkampungan yang berada di batas perkotaan dan perdesaan. Ketika menuju lokasi yang dipilih secara sembarang, ternyata masyarakat setempat tengah bersilahturahmi dengan sanak kerabatnya dan tim /DCB/ mendapat kesempatan untuk tinggal di suatu keluarga, berinteraksi dengan anak-anak berusia 5 s.d. 14 tahun yang merupakan anak-anak warga setempat dan warga daerah lain yang tengah berkunjung. Interaksi yang terjadi dimanfaatkan tim /DCB/ untuk mengenali kreatifitas anak-anak yang berkumpul. Diawali dengan perbincangan ringan tentang permainan, anak-anak dengan antusias memamerkan mainan-mainan plastik bertuliskan ‘Made in China’, bercerita tentang layang-layang dan menyewa playstation selama 24 jam.

Dari tiga lokasi yang berjauhan satu sama lain, di Barat, Utara dan Timur perbatasan kota, nampaknya tidak ada perbedaan jenis permainan yang mereka mainkan. Permainan masa lalu seperti sondah, gatrik dan sejenisnya nampaknya tidak mereka kenali, apalagi permainan yang membutuhkan kreatifitas seperti membuat mainan dari bambu atau kayu karena bahan bakunyapun sulit mereka dapatkan

Menghadapi situasi yang memang sulit untuk memperkenalkan kreatifitas mencipta dan mengembangkan imajinasi, tim /DCB/ segera menggali gagasan permainan yang dapat dikembangkan dari segala keterbatasan namun dapat menarik minat anak-anak untuk tetap turut dalam permainan. Tim /DCB/ mengajak anak-anak memimpin mengelilingi kampung sambil menyanyikan lagu ‘Daya Cipta budaya’. Meski pada awalnya mereka ragu-ragu, namun setelah hapal dan mendapatkan semangat kreatifitasnya, rombongan anak-anak yang bernyanyi jumlahnya menjadi semakin banyak. Setelah berkeliling cukup jauh, tim /DCB/ hampir tidak menemukan sumberdaya yang dapat dijadikan objek berkreasi

Menjelang sampai tempat semula berkumpul, tim /DCB/ akhirnya menghentikan langkah anak-anak dan meminta mereka mengumpulkan rumput sebagai sumber daya kreatif dan imajinasi. Meski belum mengerti rumput-rumput tersebut akan dibuat apa, namun mereka dengan sukacita mengumpulkan jenis-jenis rumput yang disebutkan kriterianya oleh tim /DCB/ sambil menuju tempat berkumpul. 

Dengan jumlah anak yang bertambah banyak dari semula, halaman tempat kami berkumpul menjadi semakin sempit namun anak-anak justru semakin antusias mengikuti kegiatan /DCB/. Sebagian dari mereka bahkan bergantian pulang untuk mengambil bekal makanan dan minuman, berbagi bekal dan merangkai rumput menjadi boneka, anak laki-laki dan perempuan berkumpul membuat suasana menjadi semakin meriah. Setelah permainan kreatifitas membuat boneka-boneka rumput selesai, permainan imajinasipun dimulai, boneka-boneka tersebut dimainkan tim /DCB/ seperti wayang dengan kisah ‘Negeri Kata-Kata’. 

Yang cukup mengejutkan dari kegiatan ini adalah para orang-tua yang mencari anak-anaknya, namun kemudian justru ikut menjadi penonton dan bergembira bersama. Halaman tempat kami berkumpul menjadi semakin penuh dikerumuni orang-orang, bahkan ada yang sengaja membawakan hidangan untuk dalang. Suasana silahturahmipun berpindah kesini sehingga makin memeriahkan suasana. 

Suasana yang terbangun di lokasi pertama, kemudian kami bawa di lokasi kedua dan ketiga dan mendapat respon meriah dari anak-anak maupun masyarakat sekitarnya. Bahkan di lokasi kedua, pertunjukan boneka rumput ‘Negeri Kata-kata’ diminta diulang pada malam harinya dan di tonton remaja” setempat yang menggagas adanya layar dan lampu dihalaman tempat kami berkumpul. Setelah pertunjukan berakhir, mereka mengajak berdiskusi dan berkeinginan adanya suatu kegiatan seni budaya yang dapat dikembangkan di kampung mereka dengan bimbingan dari tim /DCB/, namun karena masih terbatasnya sumberdaya yang dimiliki /DCB/ pada akhirnya kami hanya bisa mencatat para remaja tersebut sebagai kerabat /DCB/. 

Menjelang perpisahan di ketiga lokasi, susana mengharu biru karena kami tidak dapat memastikan akan mengunjungi kampung mereka lagi, mengajari kreatifitas dan imajinasi bagi anak-anak mereka, menebarkan kegembiraan yang menyatukan anak-anak, yang sebelumnya tidak saling bermain meski mereka berada di satu kampung yang sama. Kami hanya mampu menitipkan harapan, semoga upaya kami dapat menjadi inspirasi untuk berkreasi, mengembangkan imajinasi dan membangkitkan kecerdasan. /DCB/

Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "Masih Kaya kah Negaraku? Milik Siapa Kekayaannya?"

Post a Comment